Mazmur 90:9-12: Menghitung Hari Kita
Hey guys! Pernahkah kalian merenungkan betapa singkatnya hidup ini? Mazmur 90:9-12 mengingatkan kita tentang hal ini, dan bagaimana kita harus menjalani setiap hari. Ayat-ayat ini adalah pengingat yang kuat untuk hidup dengan penuh makna, bukan sekadar melewati hari.
Memahami Konteks Mazmur 90
Sebelum kita menyelami ayat 9-12, yuk kita sedikit mengulas tentang Mazmur 90 secara keseluruhan. Mazmur ini sering disebut sebagai "Doa Musa". Musa, seorang tokoh besar dalam sejarah Israel, menulis mazmur ini saat bangsa Israel sedang mengembara di padang gurun. Bayangkan, mereka baru saja keluar dari perbudakan di Mesir, tapi perjalanan menuju Tanah Perjanjian masih panjang dan penuh tantangan. Mazmur ini adalah ungkapan keputusasaan, kerinduan, dan juga pengakuan akan kebesaran Tuhan di tengah kesulitan.
Musa memulai dengan mengingatkan bahwa Tuhan adalah Allah kita sejak dahulu kala hingga kekal. Dia adalah tempat perlindungan kita dari generasi ke generasi. Tapi kemudian, di ayat-ayat awal, ada semacam keluhan. Musa mengatakan bahwa hidup manusia itu singkat, seperti mimpi di siang hari, atau seperti rumput yang tumbuh subur di pagi hari, tapi sore harinya sudah layu dan kering. Perhatikan, guys, ini bukan sekadar puisi indah, ini adalah gambaran realistis tentang kerapuhan hidup kita. Kita seringkali terlalu sibuk dengan urusan duniawi, lupa bahwa waktu terus berjalan dan usia semakin bertambah.
Dalam konteks pengembaraan di padang gurun, ayat-ayat awal ini menjadi sangat relevan. Mereka dikelilingi oleh kematian, ketidakpastian, dan hukuman Tuhan atas ketidakpercayaan mereka. Hidup mereka terasa seperti di ujung tanduk setiap saat. Musa mengungkapkan rasa sedih dan kekhawatiran yang mendalam. Dia mengingatkan Tuhan bahwa semua hari-hari mereka berlalu karena murka-Nya, bahwa tahun-tahun mereka berakhir seperti keluhan. Ini adalah pengakuan jujur tentang dosa dan konsekuensinya. Tapi di tengah keputusasaan itu, ada harapan yang mulai muncul. Dan harapan itulah yang akan kita lihat lebih dalam di ayat 9-12.
Intinya, Mazmur 90 bukan cuma tentang kesedihan atau keluhan. Ini adalah sebuah doa yang tulus, pengakuan dosa, dan permohonan akan campur tangan Tuhan. Dan di tengah semua itu, ada ajaran berharga tentang bagaimana kita harus memandang hidup dan waktu. Mari kita lihat lebih dekat apa yang Musa katakan kepada kita.
Mengapa Usia Kita Singkat?
Mari kita langsung masuk ke Mazmur 90:9-10. Musa menulis, "Sebab semua hari-hari kita lenyap oleh murka-Mu dengan tergesa-gesa kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluhan. Hari-hari umur kami adalah tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, tetapi sisa daripadanya adalah kesukaran dan penderitaan, sebab semuanya cepat berlalu dan kami seperti terbang." Wow, guys, ini adalah gambaran yang cukup dramatis tentang kehidupan manusia. Musa tidak main-main dalam menggambarkan betapa singkatnya usia kita.
Dia mengatakan bahwa semua hari kita lenyap karena murka Tuhan. Ini adalah pengakuan yang berat, bahwa sebagian dari kesulitan dan singkatnya hidup kita adalah akibat dari dosa dan ketidaktaatan kita terhadap Tuhan. Sejarah Israel penuh dengan momen-momen di mana mereka menghadapi konsekuensi dari pemberontakan mereka. Dan Musa, sebagai pemimpin mereka, menyadari hal ini. Dia melihat bahwa tahun-tahun mereka berlalu dengan begitu cepat, seperti keluhan yang tak berujung. Tidak ada kepuasan, tidak ada pencapaian yang langgeng, hanya perasaan terus-menerus berada dalam kesulitan.
Kemudian, Musa memberikan angka yang spesifik: 70 tahun, mungkin 80 jika kuat. Di zaman modern, angka ini mungkin terasa tidak terlalu singkat. Tapi coba bayangkan hidup di zaman Musa, di mana harapan hidup jauh lebih pendek. Dan bahkan jika kita hidup sampai 80 tahun, Musa mengingatkan kita bahwa sisa daripadanya adalah kesukaran dan penderitaan. Ini bukan pesimisme, guys, ini adalah realitas pahit yang seringkali kita abaikan. Kita sibuk mengejar kesenangan sesaat, kekayaan, atau status, tapi lupa bahwa tubuh kita akan menua, penyakit bisa datang, dan kenyataan hidup tidak selalu indah.
Kalimat terakhir di ayat 10 sangat kuat: "sebab semuanya cepat berlalu dan kami seperti terbang." Hidup ini seperti pesawat yang melesat di angkasa. Sekejap mata, dan kita sudah sampai di tujuan, atau lebih tepatnya, di akhir perjalanan. Kita tidak punya banyak waktu untuk menunda-nunda, untuk menunda-nunda belajar, untuk menunda-nunda berbuat baik, atau untuk menunda-nunda mengenal Tuhan lebih dalam. Waktu adalah aset yang paling berharga, dan kita seringkali menyia-nyiakannya.
Jadi, mengapa usia kita singkat? Mazmur ini memberikan beberapa alasan: pertama, sebagai konsekuensi dari dosa dan murka Tuhan; kedua, karena sifat dasar kehidupan ini yang fana dan rapuh; dan ketiga, karena kita seringkali menyia-nyiakan waktu yang diberikan kepada kita dengan mengejar hal-hal yang tidak kekal. Ini adalah panggilan untuk bangun dan menyadari betapa berharganya setiap momen yang Tuhan berikan kepada kita.
Ajaran untuk Hidup Penuh Makna
Nah, setelah mengetahui betapa singkatnya hidup ini, apa yang harus kita lakukan? Mazmur 90:11-12 memberikan jawabannya. Musa berdoa, "Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu? Siapakah yang mengerti akibatmya seperti yang harus ditakuti? Ajarkanlah kami menghitung hari-hari kami demikian, sehingga kami beroleh hati yang bijaksana." Gimana, guys? Ini adalah inti dari pesan Mazmur ini. Kita tidak bisa mengukur kekuatan murka Tuhan, apalagi mengerti sepenuhnya akibatnya. Kesadaran akan keterbatasan kita di hadapan Tuhan ini adalah langkah awal menuju kebijaksanaan.
Ayat 11 adalah pengakuan yang rendah hati. Kita sebagai manusia seringkali merasa tahu segalanya, tapi di hadapan Tuhan, kita sangat terbatas. Siapa yang bisa benar-benar memahami kedalaman murka Tuhan yang adil? Siapa yang bisa sepenuhnya mengerti dampak dari dosa-dosa kita? Pengakuan ini membuat kita sadar bahwa kita membutuhkan Tuhan dalam segala hal. Kita tidak bisa hidup dengan baik tanpa bimbingan-Nya.
Lalu, di ayat 12, datanglah permohonan yang paling penting: "Ajarkanlah kami menghitung hari-hari kami demikian, sehingga kami beroleh hati yang bijaksana." Nah, ini dia, guys! Ini bukan sekadar permintaan agar kita tahu berapa lama kita akan hidup. Ini adalah permohonan agar kita diajar untuk menghargai setiap hari yang Tuhan berikan. Menghitung hari-hari kita berarti memahami bahwa setiap hari adalah anugerah, sebuah kesempatan yang tidak bisa diulang.
Menghitung hari-hari kita juga berarti menyadari bahwa waktu kita terbatas, sehingga kita tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sia-sia. Sebaliknya, kita menggunakannya untuk hal-hal yang kekal. Ini adalah tentang prioritas. Apakah kita menghabiskan waktu kita untuk mengejar kekayaan duniawi yang akan sirna, atau kita menggunakannya untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan, melayani sesama, dan meninggalkan warisan rohani?
Memiliki hati yang bijaksana berarti kita hidup dengan kesadaran akan kekekalan. Kita tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi yang sementara. Kita fokus pada hal-hal yang benar-benar penting di mata Tuhan. Ini adalah tentang membuat keputusan yang tepat, menggunakan karunia dan talenta kita untuk kemuliaan-Nya, dan hidup dengan integritas.
Jadi, ajaran utamanya adalah: sadari keterbatasanmu, akui kebesaran Tuhan, dan mintalah hikmat-Nya untuk menjalani hidup dengan penuh makna. Jangan biarkan hari-harimu berlalu begitu saja tanpa tujuan. Gunakan setiap momen untuk bertumbuh dalam iman, berbuat kasih, dan memuliakan Tuhan. Itulah cara hidup yang benar-benar bijaksana, guys.
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sekarang, bagaimana kita bisa menerapkan ajaran dari Mazmur 90:9-12 ini dalam kehidupan kita sehari-hari, guys? Ini bukan cuma sekadar ayat-ayat kuno yang bagus untuk direnungkan, tapi ini adalah panduan praktis untuk hidup.
Pertama, jadikan kesadaran akan singkatnya hidup sebagai motivasi, bukan sumber ketakutan. Seringkali, ketika kita merenungkan kematian atau usia yang menua, kita merasa cemas atau takut. Tapi Mazmur ini justru mengajak kita untuk melihatnya sebagai motivasi. Jika hidup kita singkat, bukankah ini alasan yang sangat kuat untuk tidak menunda-nunda melakukan hal-hal baik? Bukankah ini alasan untuk segera memperbaiki hubungan yang retak, meminta maaf kepada orang yang kita sakiti, atau menyatakan kasih kepada orang yang kita sayangi? Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena tidak melakukan hal-hal penting ini.
Kedua, prioritaskan waktu Anda. Bayangkan waktu Anda sebagai uang yang sangat berharga. Apakah Anda akan membuang-buang uang Anda untuk hal-hal yang tidak berguna? Tentu tidak. Sama halnya dengan waktu. Tanyakan pada diri sendiri, "Bagaimana saya menghabiskan waktu saya hari ini? Apakah itu sejalan dengan nilai-nilai yang saya pegang? Apakah itu membawa saya lebih dekat kepada Tuhan atau menjauhkan saya?" Mungkin kita perlu mengurangi waktu di media sosial yang tidak produktif, atau lebih banyak meluangkan waktu untuk berdoa, membaca firman Tuhan, atau melayani orang lain. Jadwalkan waktu untuk hal-hal yang penting, seperti Anda menjadwalkan janji temu penting lainnya.
Ketiga, carilah hikmat Tuhan secara terus-menerus. Ayat 12 adalah doa yang sangat spesifik: "Ajarkanlah kami menghitung hari-hari kami demikian, sehingga kami beroleh hati yang bijaksana." Ini berarti kita harus secara aktif meminta Tuhan untuk mengajari kita. Bagaimana caranya? Melalui doa yang tekun, membaca Alkitab secara teratur, merenungkan firman-Nya, dan mendengarkan nasihat dari orang-orang yang bijaksana dalam Kristus. Jangan pernah berhenti belajar dan bertumbuh dalam hikmat ilahi. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk menjadi lebih bijaksana dalam cara kita menjalani hidup, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Keempat, fokus pada hal-hal yang kekal. Dunia ini penuh dengan godaan untuk fokus pada hal-hal yang sementara: kekayaan, popularitas, kesenangan sesaat. Tapi Mazmur ini mengingatkan kita bahwa hal-hal tersebut cepat berlalu. Alihkan fokus Anda dari hal-hal yang bisa rusak dan hilang, ke hal-hal yang kekal: kasih Tuhan, keselamatan dalam Kristus, Kerajaan Allah, dan hubungan dengan sesama. Investasikan energi Anda pada hal-hal yang memiliki nilai abadi. Ini mungkin berarti mengorbankan kenyamanan sesaat demi prinsip kekal, atau memilih jalan yang lebih sulit tapi benar.
Terakhir, hidup dengan rasa syukur. Setiap hari yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan. Bahkan di tengah kesulitan, masih ada banyak hal yang bisa kita syukuri. Rasa syukur membantu kita melihat berkat-berkat Tuhan dalam hidup kita, bahkan di saat-saat sulit. Ini juga membantu kita menjaga perspektif yang benar, bahwa hidup ini bukan hanya tentang kita, tapi tentang bagaimana kita merespons kasih dan anugerah Tuhan.
Jadi, guys, Mazmur 90:9-12 bukan sekadar pengingat tentang kematian, tapi adalah panggilan hidup. Panggilan untuk hidup dengan sadar, bijaksana, dan penuh makna. Mari kita gunakan setiap hari yang diberikan Tuhan kepada kita dengan sebaik-baiknya, untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan sesama. Amin!